hulubot.com-Petronas pernah belajar jadi perusahaan minyak nasional (Nasional Oil
Company/NOC) dari PT Pertamina (Persero). Tapi kini, Petronas mampu
menyetor dana ke Malaysia hingga Rp 190 Triliun, jauh lebih tinggi
daripada sumbangan Pertamina ke pemerintah Indonesia Rp 7,7 triliun.
Sumbangan Petronas itu setara 40% Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) Malaysia. Bandingkan dengan setoran Pertamina yang hanya 1,6%
dari total APBN Indonesia.
Pengamat Ekonomi Energi dari Indonesia Center for Green Economy,
Darmawan Prasodjo mengatakan pendapatan Pertamina tahun 2012 sekitar Rp
25,89 triliun namun yang disetorkan ke negara hanya sekitar 3,5% yakni
Rp 7,7 triliun.
“Pendapatannya terakhir saya dengar Rp 25 triliun, setor ke negara
sekitar 3,5% atau 7,7 triliun,” kata Darmawan ketika ditemui di City
Plaza, Senin (4/3/2013).
Jika dibandingkan dengan APBN Indonesia yang mencapai 1.500 triliun, sumbangan Pertamina ke APBN itu hanya sekitar 1,6%.
“Coba lihat sekarang APBN Indonesia berapa? Sekitar 1.500 triliun, kalau segitu sumbangannya hanya 1,6% saja,” ungkapnya.
Bandingkan dengan Petronas yang sumbangan pendapatannya dari Petronas ke
APBN Malaysia setahun mencapai US$ 20 miliar atau setara Rp 190
triliun.
“Itu setara dengan 40% APBN nya Malaysia,” ujarnya.
Namun hampir 70% keuntungan yang didapat Petronas, diinvestasikan kembali ke Petronas untuk pengembangan perusahaan tersebut.
“Namun 70% dari profit diinvestasikan kembali ke Petronas, bandingkan
dengan Pertamina yang kurang dari 10% diinvestasikan kembali ke
Pertamina,” ungkapnya lagi.
Menurut Darmawan, hal inilah yang harusnya dipahami oleh Pemerintah Indonesia dan Pertamina.
“Jika ingin mendapat keuntungan besar dari NOC nya maka besarkan
Pertamina, beri stimulus agar pertamina besar. Caranya ya 100%
keuntungan Pertamina dibalikkan kembali ke Pertamina untuk investasi,”
ucap Darmawan.
Darmawan mencontohkan, Pertamina mengakuisisi ConocoPhilips Algeria Ltd,
anak perusahaan ConocoPhilips yang menguasai Blok 405a. Lewat akuisisi,
produksi minyak Pertamina bertambah 23.000 barel per hari.
“Sekarang status blok tersebut setelah diakusisi bagaimana? Dibiarkan
dianggurin, kenapa? Ya karena gak ada dananya, Pertamina lobi sana sini
ke Pemerintah tapi uangnya enggak cair, padahal untuk investasi butuh
dana besar dan cepat,” tandasnya.
Selain itu, Pertamina menganggarkan belanja modal US$ 10 miliar untuk
investasi 5-10 tahun ke depan, bandingkan dengan Petronas dengan belanja
modal US$ 96 miliar.
“Di industri hulu itu butuh capital yang sangat besar, kalau mau untung besar dan jadi perusahaan besar,” kata Darmawan.
Darmawan pun menyebut Pertamina belum memiliki modal dan manajemen yang
mempuni untuk menjadi perusahaan minyak negara terbesar setara Thailand
atau Petrobrasnya Brasil, atau bahkan Petronas dari Malaysia.
“Pertamina kurang dari 10% profitnya diinvestasikan kembali ke
Pertamina, bandingkan dengan Petronas yang 70% profitnya diinvestasikan
kembali,” ujar Darmawan.
“Kalau dilihat belanja modal Pertamina, ini Pertamina kekurangan capital
yang kronis, hal ini membuat manajemen Pertamina tidak punya ruang
untuk merespon dinamika dan peluang pasar, sementara lain halnya dengan
Pertonas yang sangat mampu merespons dinamika dan peluang pasar,” tandas
Darmawan.