Hulubot.com-Di balik maraknya prostitusi terselubung dengan modus gadis
bermotor atau kerap disebut Gadis Kinjeng di Kota Semarang, ada cerita
sedih sekaligus miris.
Sebut saja namanya Novi. Gadis Kinjeng
asal Purwodadi berusia belasan tahun ini menikah secara siri dengan
Sumadi, lelaki berperawakan kurus yang sehari-hari berprofesi sebagai
tukang las kenteng serabutan di sebuah kawasan Kota Semarang.
Sumadi
dikenal sebagai preman sekitar. Maklum, bengkelnya yang berada di
pinggir sungai Thamrin, salah satu kawasan di sekitar Kecamatan Semarang
Tengah, Kota Semarang, ini tak begitu menghasilkan untuk memenuhi
kebutuhan tiga anaknya dari istri resminya, Nastiti.
Sumadi, yang
suka sekali dengan minuman keras dan mabuk ini awalnya hanya menikmati
dan membayar Novi layaknya konsumen yang menggunakan jasa prostitusi
yang ditawarkan. Setiap malam Sumadi menghampiri Novi yang menjajakan
kecantikan dan keseksiannya dengan 'nangkring' di atas sepeda motor
Yamaha Mio-nya yang dikredit dari salah satu perusahaan pembiayaan di
kawasan Thamrin.
Namun, lama menjadi pelanggan Novi, Sumadi
akhirnya dekat dan menikahi Novi sebagai istri sirinya. Awalnya, Nastiti
tidak mengetahui hubungan gelap suaminya bersama Novi. Hubungan intim
ini terjadi karena Novi sempat akan dianiaya oleh tamu pria hidung
belang lain, namun diselamatkan oleh Sumadi.
"Merasa utang budi
dan nyawa saja Mas. Saya juga tidak tahu kenapa mau jadi 'gemblegan'
(istri siri/ simpanan) Mas Sumadi. Kalau tidak ada dia saya sudah mati
dianiaya oleh tamu saya yang juga dikenal sebagai preman. Yang kebetulan
saat kencan dengan saya di Losmen Kudus saya tidak tahu kalau dia mabuk
dan kemudian cari gara-gara menganiaya saya," jelas Novi kepada
merdeka.com Rabu (25/3) malam.
Namun, seiring dengan berjalannya
waktu, kini Nastiti melihat dan mengetahui bahwa ayah dari tiga anaknya
itu telah mempunyai hubungan spesial dengan Novi. Nastiti ingin
berontak, namun tak kuasa dengan tingkah polah Sumadi yang selalu
mabuk-mabukan dan berselingkuh.
Kondisi kemiskinan keluarga
Sumadi juga membuat Novi harus bekerja lebih keras untuk mencari tamu
laki-laki hidung belang untuk menghidupi keluarga Sumadi. Pendapatan
Sumadi sebagai tukang las yang pas-pasan menjadikan Nastiti iba dan
menghidupi tiga anak Sumadi.
"Saya nggak bisa lama-lama melayani
tamu saya. Kalau mau lama-lama harus izin suami saya (Sumadi). Dia ada
di seberang jalan itu. Dia lagi nongkrong bersama teman-teman premannya.
Biasa mas minum 'congyang' (minuman keras khas Semarang)," ungkap Novi
malam sambil menunjuk segerombolan pria dengan beberapa botol congyang
tergeletak di depannya.
Betapa ironis, sebagai istri siri, Novi
harus bekerja sebagai PSK Gadis Kinjeng. Dijemput dari kosnya di kawasan
Karangayu, Kota Semarang, lalu ditunggui oleh suami sirinya sendiri.
Dia rela melakukan itu lantaran trauma karena sempat dianiaya oleh
tamunya saat berkencan di Losmen Kudus.
Novi juga lebih merasa
aman jika Sumadi menungguinya di seberang jalan sekitar Losmen Kudus di
Jl Imam Bonjol, tak jauh dari Stasiun Poncol yang merupakan tempat para
penumpang kelas ekonomi naik dan turun kereta.
Sumber: