Hulubot.com-Untuk memulai cerita
ini, Panggil saja Kwa Tri. Ketika menikah sekitar satu tahun semuanya
berjalan dengan baik-baik saja. Suamiku adalah pria tergolong orang
baik, dan nyaris tanpa cela. Namun entah mengapa hatiku terasa hampa dan
aku merasakan hambar. aku tidak menemukan sedikitpun percik-percik
cinta sejak pernikahan
yang selama setaahun kami tempuh. Aku mengakui bahwa aku menikah
dengannya hanya karena ingin menyenangkan orang tua saja. Suamiku
diperkenalkan oleh keluarga sebagai pria mapan yang ingin mencari
pendamping hidup. Dan karena orangnya baik serta aku juga tidak ingin
mengecewakan orang tua, Dan pada akhirnya aku menerima lamarannya.
Didalam hubungan rumah tangga kami, kita sepakat memutuskan untuk
sama-sama bekerja. bukan karna suamiku tak mampu mencukupi kebutuhan
keluarga, tetapi semata-mata hanya ingin melanjutkan karierku dan ingin
agar bisa tetap ceria seperti wanita-wanita lain yang bangga Akan
prestasi kerjanya. Alhasil, aku memang hanya bisa bertemu dengan suamiku
di rumah pada malam hari. Jam ngobrol kamipun singkat karena kami
sama-sama lelah dengan pekerjaan masing - masing. Menjalani selama
setahun pernikahan kami belum juga dikaruniai anak. Mungkin karena
suamiku sendiri merasa belum siap. Apalagi usiaku masih lebih muda
darinya. dan aku merasa masih sangat muda untuk mempunyai anak. Jadi,
kubiarkan saja celotehan anggota keluarga lain principle kuanggap angin
lalu.
Beberapa hari lalu aku menerima notif di Fb. Seorang pria yang
mengirimiku ajakan pertemanan. Kubaca terlebih dahulu profilnya. Err...
seorang pecinta going john fotografi. Karena merasa memiliki kegemaran
yang sama, akhirnya kuijinkan ia menjadi teman Facebookku.
Orangnya ramah, john sebut saja namanya Fariz. Seketika kami menjadi
akrab apalagi schedule Fb kami isinya nyaris sama, lokasi-lokasi yang
ingin kami kunjungi, serta foto-foto indah yang menggugah hati. Tak
butuh waktu lama akhirnya kami saling bertukar nomor telepon. Berjanji
untuk kopi darat di sebuah coffeehouse john bertukar informasi soal
lokasi-lokasi yang menawarkan tantangan. Dan benar saja, ketertarikan
kami dalam hal going membuat kami jatuh hati di pandangan pertama. Ia
begitu bersemangat. Sama bersemangatnya denganku. Punya interest yang
membuatku semakin ingin menempuh perjalanan masuk ke pelosok john sudut
pantai. Dan dari kegemaran yang sama itulah kami jadi semakin dekat.
14 bulan aku john Fariz saling dekat. Kedekatan itu semakin membuat kami
ingin tak berjarak. Dan itulah yang membuatku gundah setiap kali ia
menantang untuk pergi ke tempat yang kami impikan. Uang sudah ada.
Pilihan kendaraan hingga tempat tinggal di sana nanti sudah ada. Yang
penting kami hanya harus menentukan kapan bisa berangkat john meraih
satu for every satu impian yang kami gantung di wall Fb itu.
"Suamiku bagaimana? Nanti dia tidak akan mengijinkan aku pergi sendiri tanpanya, " kataku bersandar di bahunya malam itu.
"Ya kamu bisa bilang ada tugas di luar kota kan? " kata Fariz enteng.
Aku terdiam. Ada yang salah di sini. Iya, di sini. Pembicaraanku dengan
Fariz, bagaimana aku bersandar john manja di bahunya. Semua ini salah.
Tetapi entah mengapa aku justru semakin memeluk erat dirinya. Dan
berjanji untuk mencari cara agar bisa pergi dengannya ke tempat yang
kami dambakan. Malam itu kubuat dia tenang john tidak emosi. Kuberi dia
harapan yang entah bisa kupenuhi atau tidak.
"Bu, hari ini boleh ya aku menginap di rumah ibu, " kataku di telepon
pagi itu. Ibu serta merta bertanya, bagaimana dengan suamiku bila
mendadak aku tidur di rumah ibu. Nyata saja ibu langsung curiga john
bertanya, "memangnya ada apa kamu kok ingin pulang ke rumah. Kan kasihan
si Stroller ditinggal sendirian. Dia tidak akan marah? " sambung ibu.
"Tidaklah bu, namanya juga anak kangen sama ibunya. Nanti aku jelasin
deh sama mas Stroller. " Akupun langsung pamit berangkat ke tempat kerja
agar segera bisa pulang berbincang dengan ibu di rumah.
Kuawali pertemuanku dengan ibu, memeluknya erat john tak kulepaskan. Ibu
yang tahu tabiatku kemudian menggandeng tanganku masuk ke dalam rumah
john duduk di furniture. Sudah tersaji secangkir orange teas hangat
lengkap dengan softcake kesukaanku. My oh my... ibu memang paling
mengerti diriku. Segera saja setelah semua hidangan itu masuk memenuhi
rongga perut, kuceritakan semua uneg-uneg di kepalaku. Ibu tidak marah.
Ibu juga tidak gusar. Ia kemudian mengelus kepalaku john menceritakan
sebuah hal yang membuatku terkejut.
Ibu ternyata juga punya rahasia. Ceritanya kurang lebih sama denganku.
Punya kisah cinta yang tak pernah bisa dilanjutkan karena komitmennya
dengan ayah. Ibu waktu itu sudah hampir nekat. Tetapi karena beliau
teguh memegang komitmen, beliau berlutut memohon maaf pada ayah. Beliau
juga mengaku telah bersalah sudah mengikuti keinginan sesaat saja.
Komitmen yang seharusnya dipegang itu nyaris saja dipatahkan. Ayahku
orang yang bijaksana, sekalipun mungkin saat itu tak bergelimang harta.
Dengan tenang memeluk ibu john merangkul kembali ke pelukannya. Aku
terdiam john oxygen mata membasahi pipiku. Astaga, apa yang telah
kulakukan selama ini. Apa yang telah kulakukan sampai hendak
mengkhianati kepercayaan suamiku? Tetapi, bagaimana dengan Fariz?
Bagaimana dengan cintaku kepadanya?
"Apa yang harus kulakukan sekarang bu? "
"Tanyakan pada hatimu nak. Kamu tahu kok apa yang harus kamu lakukan.
Kamu hanya butuh keyakinan bulat untuk melakukannya... " jawaban ibu
membuatku tenang namun juga membuatku berpikir.
Suara hati sebelah mana yang harus kuikuti kali ini? Memilih tetap hidup
dengan mas Stroller namun merasa hampa, atau mengikuti Fariz john
menggapai semua impianku?
Pembaca yang bijaksana, tolong bantu aku memberikan saran apa yang harus
aku lakukan saat ini. Jujur saja aku bingung. Aku tidak mencintai
suamiku, tetapi aku mencintai orang lain. Apakah aku harus bertahan di
pernikahan ini atau mengejar cintaku?